Sabtu, 08 Mei 2010

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

JURNAL SKRIPSI


HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PEMBERIAN
ASI EKSKLUSIF

Agus Komara


Abstrak
Berdasarkan Laporan Cakupan ASI Eksklusif Kabupaten .... pada periode April 2007 dari target Cakupan ASI Eksklusif yang harus dicapai yaitu sebesar 65 %, dimana Wilayah Kerja Puskesmas ..... termasuk salah satu puskesmas dengan cakupan ASI Eksklusif rendah yaitu 23,2 %.Rendahnya pemberian ASI Eksklusif di kalangan ibu dapat diasumsikan penyebabnya adalah kurang baik perilaku kesehatan seseorang. Menurut teori Lawrence Green dikutip dari Notoatmodjo (2003) bahwa perilaku seseorang ditentukan atau dibentuk dari beberapa faktor, diantaranya oleh pengetahuan dan sikap.
Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas ..... Kabupaten .... dengan jumlah sampel 62 responden. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu tentang ASI Eksklusif dengan pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas ..... Kabupaten ...... Instrument yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan kuesioner mengenai pengetahuan, sikap, dan pemberian ASI Eksklusif yang dibagikan kepada responden penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 29 responden (46.8 %) mempunyai pengetahuan dengan kategori kurang tentang ASI Eksklusif, sebanyak 34 responden (54.8 %) mempunyai sikap dengan kategori unfavorable tentang ASI Eksklusif dan sebanyak 48 responden (77.1 %) mengatakan memberikan ASI eksklusif. Sedangkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dengan pemberian ASI Eksklusif dan terdapat hubungan antara sikap dengan pemberian ASI Eksklusif.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian dan literatur dalam mengatasi masalah pengetahuan, sikap dan pemberian ASI Eksklusif sehingga dengan meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu tentnag ASI Eksklusif diharapkan dapat meningkatkan pemberian ASI Eksklusif oleh ibu kepada bayi.



Latar Belakang
Berdasarkan Laporan Cakupan ASI Eksklusif Kabupaten ...... pada periode April 2007 dari target Cakupan ASI Eksklusif yang harus dicapai yaitu sebesar 65 %, dimana Wilayah Kerja Puskesmas ..... termasuk salah satu puskesmas dengan cakupan ASI Eksklusif rendah yaitu 23,2 % (Dinkes ....., 2007).
Rendahnya pemberian ASI Eksklusif di kalangan ibu dapat diasumsikan penyebabnya adalah kurang baik perilaku kesehatan seseorang. Menurut teori Lawrence Green dikutip dari Notoatmodjo (2003) bahwa perilaku seseorang ditentukan atau dibentuk dari beberapa faktor, diantaranya oleh pengetahuan dan sikap.
Berdasarkan survey awal yang dilakukan oleh peneliti dengan kuesioner penelitian kepada 12 orang ibu yang mempunyai bayi usia 6 – 24 bulan yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas ...... Kabupaten ......., diketahui bahwa sebanyak 7 orang (60 %) mempunyai pengetahuan yanmg kurang, 3 orang (23 %) mempunyai pengetahuan yang cukup, dan 2 orang (17 %) yang mempunyai pengetahuan yang baik tentang ASI Eksklusif. Sedangkan berdasarkan sikap sebanyak 8 responden (67 %) mempunyai sikap yang baik, 3 orang (25 %) mempunyai sikap yang cukup, dan 1 orang (8 %) mempunyai sikap yang kurang.
Masalah
Bagaimana hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu tentang ASI eksklusif dengan pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas ...... Kabupaten ........... ?

Tujuan Penelitian
Mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu tentang ASI Eksklusif dengan pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas ...... Kabupaten ........
Kepustakaan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap objek-objek tertentu, dimana penginderaan terjadi melalui panca indera manusia. yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba (Notoatmodjo, 2003).
Sikap atau attitude merupakan pola perilaku, kesiapan antisipasif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial atau secara sederhana, sikap juga merupakan respon terhadap stimulasi sosial yang tclah tcrkondisikan (Azwar dalam Taryana, 2007).
ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa disertai makanan atau minuman tambahan yang lain. Bayi harus mendapat ASI secara eksklusif sejak lahir, sesegera mungkin (setengah hingga 1 jam sejak lahir) sampai usia 6 bulan. ASI sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan anak.
Hasil Penelitian
Sebanyak 9 responden (14.5 %) mempunyai pengetahuan yang baik tentang ASI Eksklusif, sebanyak 24 responden (38.7 %) berpengetahuan cukup, dan sebanyak 29 responden (46.8 %) berpengetahuan kurang.
Sebanyak 28 responden (45.2 %) mempunyai sikap dengan kategori favorable dan sikap dengan kategori unfavorable sebanyak 34 responden (54.8 %).
Sebanyak 48 responden (77.1 %) mengatakan bahwa ibu memberikan ASI eksklusif dan sebanyak 14 responden (22.6 %) mengatakan bahwa ibu tidak memberikan ASI Eksklusif.
Hasil uji statistik diketahui adanya hubungan antara pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif dengan pemberian ASI Eksklusif.
Hasil uji statistik diketahui adanya hubungan antara sikap ibu tentang ASI Eksklusif dengan pemberian ASI Eksklusif.
Pembahasan
Pengetahuan yang baik dari ibu tentang ASI Eksklusif akan berpengaruh terhadap perilaku ibu dalam memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya. Ibu yang mempunyai pengetahuan yang baik tentang ASI Eksklusif mempunyai kemungkinan yang lebih besar dalam memberikan ASI secara Eksklusif kepada bayinya sampai usia 0 – 6 bulan tanpa pemberian makanan tambahan.
Sikap ibu untuk memberikan ASI secara Ekslusif pada bayinya dipengaruhi oleh pendidikan seperti pendidikan non normal misalnya penyuluhan tentang ASI Eksklusif yang disampaikan oleh tenaga kesehatan atau kader di posyandu. Berdasarkan kenyataan yang diperoleh penelitian di lapangan selama ini mereka jarang mendapatkan penyuluhan dari petugas kesehatan atau kader posyandu, pengetahuan yang mereka miliki hanya didapat dari media televisi dan radio.
ASI Eksklusif sangat diperlukan oleh bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan anak, karena menurut penelitian anak yang tidak diberi ASI secara Eksklusif mempunyai IQ lebih rendah dibandingkan dengan anak-anak yang di beri ASI secara Eksklusif.
Keberhasilan ibu dalam pemberian ASI Eksklusif dipengaruhi atau terbentuk dari persepsi yang timbul dari tingkat pengetahuan. Terbentuknya perilaku ini dimulai dari domain kognitif (Pengetahaun) dalam arti ibu memahami tentang pemberian ASI pada bayi. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting bagi terbentuknya tindakan seseorang atau perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan bersifat labih langgeng (long lasting) dibandingkan dengan perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).
Rendahnya pemberian ASI eksklusif di kalangan ibu dapat diasumsikan penyebabnya adalah kurang baik perilaku kesehatan seseorang. Menurut teori Lawrence Green dikutip dari Notoatmodjo (2003) bahwa perilaku seseorang ditentukan atau dibentuk dari beberapa faktor, diantaranya oleh pengetahuan dan sikap.
KESIMPULAN DAN SARAN
Hasil penelitian diketahui bahwa adanya hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu tentang ASI Eksklusif dengan pemberian ASI Eksklusif. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian dan literatur dalam mengatasi masalah pengetahuan, sikap dan pemberian ASI Eksklusif sehingga dengan meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu tentnag ASI Eksklusif diharapkan dapat meningkatkan pemberian ASI Eksklusif oleh ibu kepada bayi.

Sesuaikah semua ini ?

Penyelamatan Kehidupan
Sebagai tindakan ‘penyelamatan kehidupan’, inisiasi menyusu dini dapat menyelamatkan 22 persen dari bayi yang meninggal sebelum usia satu bulan. “Menyusui satu jam pertama kehidupan yang diawali dengan kontak kulit antara ibu dan bayi dinyatakan sebagai indikator global. Ini merupakan hal baru bagi Indonesia, dan merupakan program pemerintah, sehingga diharapkan semua tenaga kesehatan di semua tingkatan pelayanan kesehatan baik swasta, maupun masyarakat dapat mensosialisasikan dan melaksanakan mendukung suksesnya program tersebut, sehingga diharapkan akan tercapai sumber daya Indonesia yang berkualitas.
Pada dasarnya, seorang bayi yang normal memiliki refleks fisiologis (refleks yang normal ada pada bayi) yakni refleks menghisap. Dengan membiarkan si bayi menemukan puting payudara si ibu, maka secara langsung refleks fisiologis menghisap puting payudara ibu itu akan muncul. Hisapan pertama bayi akan memacu pengeluaran hormon prolaktin yang nantinya akan mengeluarkan air susu ibu yang mana pada awal kelahiran memiliki kandungan kolostrum yang cukup tinggi.
Kolostrum disekresi dari hari pertama sampai hari ke-3. Komposisi dari kolostrum dari hari ke hari selalu berubah. Kolostrum sendiri memiliki kandungan protein, antibodi, mineral (terutama natrium, kalium, dan klorida), dan vitamin yang larut dalam lemak yang sangat penting bagi bayi. Adapun volume kolostrum pada ASI berkisar 150-300 mL / 24 jam.
Melakukan Inisiasi Menyusu Dini dipercaya akan membantu meningkatkan daya tahan tubuh si bayi terhadap penyakit-penyakit yang berisiko kematian tinggi. Misalnya kanker syaraf, leukimia, dan beberapa penyakit lainnya. Tidak hanya itu, Inisiasi Menyusui Dini juga dinyatakan menekan Angka Kematian Bayi (AKB) baru melahirkan hingga mencapai 22 persen.
Namun walaupun IMD itu sangat penting, pelaksanaannya masih rendah hanya ada 2,9 persen bayi yang mendapat ASI dalam satu jam kelahirannya. Hal ini terjadi dengan berbagai faktor pengaruh yang mempengaruhi pelaksanaan inisasiasi menyusu dini

benarkah ini ?

Inisiasi Menyusul Dini Masih Sulit Diterapkan
13 Des 2009
• Nasional
BANDUNG,
Program Inisiasi Menyusui Dini (IMD) masih sulit diterapkan sepenuhnya pada saat persalinan ibu hamil di Propinsi Jawa Barat. Penyebabnya, sekitar 34,56 persen persalinan masih dilakukan oleh peraji tanpa ada pendampingan dari tenaga kesehatan. Padahal, program IMD ini bisa mendorong ibu nifas (ibu pascapersa-linan) untuk memberikan ASI eksklusif selama enam bulan pertama. Pemberian ASI eksklusif bisa memberikan status gizi yang baik pada anak sehingga tubuhnya lebih sehat dan tumbuh kembangnya lebih optimal.
Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat mengatakan hal itu, Selasa (12/1). Menurut dia, sejak dicanangkan program IMD di Propinsi Jawa Barat, baru mencapai 3,9 persen dari total persalinan. Itu pun karena persalin-annya dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memahami asuhan persalinan normal. Selain jumlah itu, ada pula persalinan oleh peraji, tetapi didampingi oleh tenaga kesehatan sehingga kemungkinan besar sudah menerapkan IMD

Bagaimana status gizi balita kita ?

Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat pada masa balita dan merupakan landasan perkembangan berikutnya.
Faktor penting untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan salah satunya adalah gizi. Bayi dan anak-anak mempuyai resiko yang besar untuk mengalami kekurangan gizi karena mereka membutuhkan sejumlah besar kalori dan zat gizi untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Mereka dapat mengalami kekurangan zat besi, asam folat, vitamin C dan tembaga karena makanan yang tidak memadai. Kekurangan asupan protein, kalori dan zat gizi lainnya bisa terjadi kekurangan protein (KKP), yang merupakan suatu bentuk dari malnutrisi yang berat, yang akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan.
Indonesia pada saat ini menghadapi masalah gizi ganda, yaitu masalah gizi kurang dan masalah gizi lebih. Masalah gizi kurang pada umumnya disebabkan oleh kemiskinan; kurangnya persediaan pangan; kurang baiknya kualitas lingkungan (sanitasi); kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi, menu seimbang dan kesehatan; dan adanya daerah miskin gizi. Sebaliknya masalah gizi lebih disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu disertai dengan kurangnya pengetahuan tentang gizi, menu seimbang, dan kesehatan. Status gizi kurang pada balita dapat menyebabkan berbagai resiko, diantaranya yaitu dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan balita.
Permasalahan gizi pada bayi kebanyakan diakibatkan pada ketidaktahuan orang tua akan kebutuhan gizi bayi itu, masalah gizi pada bayi terjadi terutama karena salah pemberian makan yang sedikit maupun yang banyak disebabkan oleh ketidaktauan pola pemberian atau memilih makanan yang benar. Timbulnya masalah gizi pada bayi terutama terkait dengan faktor pengasuhan, ketahanan pangan pada keluarga serta kesehatan lingkungan, selain itu juga peranan ibu memiliki peran utama dalam mengatur dan menyiapkan tindakan bagi keluarga serta bertanggung jawab langsung dalam pemeliharaan anak
Pengetahuan ibu tentang gizi mempengaruhi bentuk dan mutu makanan yang akan dikonsumsi oleh keluarga, karena pengetahuan atau kurangnya kemampuan untuk menerapkan informasi yang telah diterima dalam kehidupan sehari-hari dapat menjadi penyebab penting timbulnya masalah gizi. Kondisi di atas menunjukkan bahwa kemampuan seorang ibu dalam memilih, menentukan jenis, bentuk dan jumlah makanan serta pola pemberian makan uuntuk bayi sangatlah penting, mengingat makanan sejak bayi merupakan landasan untuk membangun manusia yang sehat dan berkualitas.
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi, dibedakan antara status gizi baik, kurang, dan buruk.
Status gizi (nutrition status) adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Contoh : gondok endemik merupakan keadaan tidak seimbangnya pemasukan dan pengeluaran yodium dalam tubuh.
Keadaan gizi adalah keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut, atau keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh.
Status gizi seseorang dapat diketahui dengan melakukan pengkajian status gizi. Pengkajian status gizi adalah proses yang digunakan untuk menentukan status gizi seseorang, mengidentifikasi gizi (kurang atau lebih), untuk menentukan porsi diet atau rencana diet, dan menu makanan yang harus diberikan. Pengkajian status gizi dapat dilakukan dengan cara : Anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, pengukuran antropometri.
Pengukuran antropometri merupakan pengukuran tubuh manusia. pengukuran yang penting meliputi tinggi badan dan berat badan. Pengukuran lipatan kulit memberikan suatu penilaian dari lemak tubuh yang digunakan untuk mengidentifikasi obesitas atau maramus. Pengukuran antropometri yang paling sering digunakan adalah lipatan kulit pada otot trisep lengan atas (triceps skinfold/TSF).
Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthropos artinya tubuh dan metros artinya ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran dari tubuh.
Namun sesuai dengan meningkatnya kemajuan zaman dan meningkatkan pelayanan kesehatan di masyarakat, salah satunya adalah dengan adanya posyandu.
Penilaian status gizi dengan cara antropometri banyak digunakan dalam berbagai penelitian atau survei, baik survei secara luas dalam skala nasional maupun survei untuk wilayah terbatas.
Antropometri gizi adalah sesuatu yang berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisui tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh: berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak di bawah kulit.
Salah satu indeks dalam antropometri gizi adalah indeks antropometri berat badan menurut umur (BB/U).
Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang sangat mendadak. Berat badan adalah parameter antrometri yang sangat labil. Dalam keadaan normal dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan konsumsi serta kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya, dalam keadaan abnormal terdapat dua kemungkinan perkembangan berat badan yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal. Berdasarkan karakteristik berat badan ini maka indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi.

Status gizi balita terdiri dari :
1. Gizi baik
Balita disebut mempunyai status gizi baik, apabila berat badan bayi menurut panjang/tinggi lebih dari 90 % dari standar Harvard.
2. Gizi kurang
Balita disebut mempunyai status gizi kurang, apabila berat badan bayi menurut panjang/tinggi berada diantara 70,1 % – 90 % dari standar Harvard.
3. Gizi buruk
Balita disebut mempunyai status gizi kurang, apabila berat badan bayi menurut panjang/tinggi 70 % atau kurang dari standar Harvard.